How Did It Begin?

Each Time I Count…

Karya ini berbicara banyak tentang sebuah ingatan yang membawa aku pada seorang asing yang sekonyong-konyong bertanya, “Kamu belok ya?” Sebetulnya, pertanyaan itu bukanlah hal yang rumit untuk dijawab. Jawabannya cukup berada di antara “ya” dan “tidak”. Namun, kala itu, aku hanya bisa tertegun lama. Pikiranku melayang mempertanyakan, “Apa itu belok? Seberapa jauh aku belok ketika aku tidak termasuk bagian yang lurus menurut si penanya?” Di antara putaran detik dan menit itu pula, aku sempatkan untuk bertanya pada perasaanku sendiri, “Apa aku harus tersinggung dengan pertanyaan itu? Jengkel? Marah?” Sampai akhirnya, aku hanya berkata dalam diam, membuat si asing itu larut dalam kebingungan.

Kini, ketika seseorang melontarkan pertanyaan yang sama, aku akan berbangga bilang bahwa aku adalah seseorang yang belok. Penghargaan akan “kebelokan”-ku menjadi tidak terbantahkan. Karya ini ingin menyampaikan bahwa kesadaran setiap masa bersamaan momen yang kulalui tidaklah selalu lurus seperti kebanyakan orang lurus lainnya. Mereka yang lurus selalu berusaha mengiming-imingi “linimasa yang heteronormatif” bahkan parahnya menjajalkanya secara paksa padaku. Bagiku, melantangkan “kebelokan” diri dan berani mengambil jalan yang berseberangan dan nyeleneh selayaknya pemikir trans* Jack Halberstam katakan dalam Theorizing Queer Temporalities: A Roundtable Discussion (2007, 182) “that will not be my timeline” adalah sebuah langkah penting. Mereka tidak lagi dapat menuntutku atas nama kata “kebahagiaan” di benak mereka  atau pakem-pakem normatif lain yang mengungkung karena jalan masa yang kutempuh sudah sangat “berbelok-belok” dan penuh dengan momen “kebelokan” yang aku rangkul dan maknai di setiap keseharianku.

Each Time I Count​…

This artwork captures a particular memory when one day a stranger asked me, “You’re not straight, right?” Back then, I could’ve answered it with a simple “yes” or “no”. Yet, the question left me speechless and stunned. My mind was racing and questioning, “What does it mean by being ‘not straight’? Does it mean I deviate from the right path by not going ‘straight’?” At that very second, I asked myself, “Should I feel offended by the question? Should I be upset? Or angry?”. To the very end, I left him hanging, his question unanswered, as I was too busy with my own thoughts.

Now, if I hear similar questions, I would say it with pride that I am indeed “not straight”. It’s undeniably me, and I shall embrace it. This artwork wants to show how unique and particular every moment in my life is, and thus, none of it is comparable to others’, especially those who are straight. People often tried to tempt me and even force me into heteronormative timeline. But for me, to declare myself as “not straight” and to be courageous in taking the opposite side of the majority are some important steps to take. I can never go through what supposedly other people’s life experiences, or in trans* theorist Jack Halberstam’s words articulated in Theorizing Queer Temporalities: A Rountable Discussion (2007, 182), “…that will not be in my timeline.” Others cannot dictate how I should live each moment in my life based on their own perceptions of “happiness”. For my life is full of twists and turns, I cherish every turning point in my every day of being “not straight”.